Online. Saat ini siapa yang tidak online (kecuali orang gatek:maaf). Setiap hari, setiap saat orang selalu online, baik dengan komputer dekstop, smarphone. Memang asyik ketika online, browsing, chatting, sharing dengan teman-teman di seluruh Indonesia bahkan dunia.
Tetapi kamu tahukan bahwa ada kelainnan yang terjadi pada diri kita ketika kita sering online, yang sangat berbahaya bagi diri kita sendiri dan lingkungan serta gaya hidup. Yuk Sharing
1. Kecanduan Komunikasi (Communication Addiction Disorder)
Kelainan ini pertama kali diungkapkan oleh Joseph B. Walther dengan makalahnya yang berjudul Communication Addiction Disorder : Concern over Media; Behavior and effect.
Penggunaan internet secara berlebihan selain menyebabkan kecanduan internet juga memicu seseorang kecanduan komunikasi dimana seseorang ingin selalu berkomunikasi tanpa pandang perlu atau pun tidak untuk berbicara (bawel) sehingga ia cenderung tidak disukai oleh orang disekitarnya.
2. Emosi Sesaaat ketika Online (Intermittent Explosive Disorder Online)
Orang yang menderita kelainan ini memiliki kendala dalam mengontrol emosi mereka, mereka tidak segan-segan menghujat, menghina atau memaki seseorang yang dianggap mengganggu mereka tanpa sebab.
Hal ini disebabkan karena orang tidak mengetahui siapa sebenarnya dia, sehingga ketika dia menghujat, menghina dan mencaci tidak akan ada efek nyata pada dirinya.
3. Mencari Perhatian dengan online (Munchausen Syndrome)
Kelainan ini sedah terpantau sejak kemunculan internet tahun 1990-an, tetapi Marc Feldman baru mengidentifikasikannya pada tahun 1998 sebagai Munchausen Syndrom. Dimana kelainan ini menyebabkan seseorang melebihkan suatu guna menarik simpati atau perhatian orang lain, bahkan ia rela berbohong agar orang lain simpati dan peduli terhadap dirinya ketika online.
Contoh kasus Münchausen yang heboh adalah hoax Kaycee Nicole Swenson penderita kanker berumur 19 tahun yang belakangan ketahuan hanya karangan seorang perempuan berusia 40 tahun. Sama dengan Intermittent Explosive Disorder Online, tidak ada yang mengetahui identitas seseorang di dalam dunia maya. Oleh karena itu, ketika seseorang berbohong guna menarik simpati orang, maka kebohongannya juga sulit dilacak dibandingkan dia berbohong di hadapan orang langsung. Karena demikianlah Internet bisa menjadi pemicu bagi orang-orang untuk melakukannya.
4. Frustasi Sesaat (Low Frustation Tolerance)
Penderita Low Frustation Tolerance umumnya suka menunda pekerjaan karena kecenderungan ingin menghindari frustasi sesaat, yang biasanya justru malah membawa ke masalah lebih besar. Jika post sesuatu di Internet mereka tidak sabar ingin melihat hasilnya, tetapi enggan menunggu. Dan kalau hasilnya tidak memuaskan dia akan merasa kekecewaan yang mendalam. Penyakit ini dikarenakan fleksibilitas Internet.
Di Internet kita bisa menerima informasi apa yang kita mau dengan cepat. Kita bisa membaca berita yang kita mau. Kita bisa mendengar lagu yang kita mau dengar. Kita bisa menonton video yang kita mau. Kita menjadi terbiasa akan hal ini. Oleh karena itu, secara tidak sadar kita dilatih untuk menjadi tidak sabar. Yang pada akhirnya tidak bisa bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
* Smoga Membantu *
Tetapi kamu tahukan bahwa ada kelainnan yang terjadi pada diri kita ketika kita sering online, yang sangat berbahaya bagi diri kita sendiri dan lingkungan serta gaya hidup. Yuk Sharing
1. Kecanduan Komunikasi (Communication Addiction Disorder)
Kelainan ini pertama kali diungkapkan oleh Joseph B. Walther dengan makalahnya yang berjudul Communication Addiction Disorder : Concern over Media; Behavior and effect.
Penggunaan internet secara berlebihan selain menyebabkan kecanduan internet juga memicu seseorang kecanduan komunikasi dimana seseorang ingin selalu berkomunikasi tanpa pandang perlu atau pun tidak untuk berbicara (bawel) sehingga ia cenderung tidak disukai oleh orang disekitarnya.
2. Emosi Sesaaat ketika Online (Intermittent Explosive Disorder Online)
Orang yang menderita kelainan ini memiliki kendala dalam mengontrol emosi mereka, mereka tidak segan-segan menghujat, menghina atau memaki seseorang yang dianggap mengganggu mereka tanpa sebab.
Hal ini disebabkan karena orang tidak mengetahui siapa sebenarnya dia, sehingga ketika dia menghujat, menghina dan mencaci tidak akan ada efek nyata pada dirinya.
3. Mencari Perhatian dengan online (Munchausen Syndrome)
Kelainan ini sedah terpantau sejak kemunculan internet tahun 1990-an, tetapi Marc Feldman baru mengidentifikasikannya pada tahun 1998 sebagai Munchausen Syndrom. Dimana kelainan ini menyebabkan seseorang melebihkan suatu guna menarik simpati atau perhatian orang lain, bahkan ia rela berbohong agar orang lain simpati dan peduli terhadap dirinya ketika online.
Contoh kasus Münchausen yang heboh adalah hoax Kaycee Nicole Swenson penderita kanker berumur 19 tahun yang belakangan ketahuan hanya karangan seorang perempuan berusia 40 tahun. Sama dengan Intermittent Explosive Disorder Online, tidak ada yang mengetahui identitas seseorang di dalam dunia maya. Oleh karena itu, ketika seseorang berbohong guna menarik simpati orang, maka kebohongannya juga sulit dilacak dibandingkan dia berbohong di hadapan orang langsung. Karena demikianlah Internet bisa menjadi pemicu bagi orang-orang untuk melakukannya.
4. Frustasi Sesaat (Low Frustation Tolerance)
Penderita Low Frustation Tolerance umumnya suka menunda pekerjaan karena kecenderungan ingin menghindari frustasi sesaat, yang biasanya justru malah membawa ke masalah lebih besar. Jika post sesuatu di Internet mereka tidak sabar ingin melihat hasilnya, tetapi enggan menunggu. Dan kalau hasilnya tidak memuaskan dia akan merasa kekecewaan yang mendalam. Penyakit ini dikarenakan fleksibilitas Internet.
Di Internet kita bisa menerima informasi apa yang kita mau dengan cepat. Kita bisa membaca berita yang kita mau. Kita bisa mendengar lagu yang kita mau dengar. Kita bisa menonton video yang kita mau. Kita menjadi terbiasa akan hal ini. Oleh karena itu, secara tidak sadar kita dilatih untuk menjadi tidak sabar. Yang pada akhirnya tidak bisa bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
* Smoga Membantu *
No comments:
Post a Comment